Rabu, 11 Juli 2012

puzzle matematika


 Puzzle dan Matematika
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang dianggap rumit di kalangan pelajar. Apalagi bagi siswa sekolah dasar khususnya tingkat rendah. Diperlukan strategi atau metode pembelajaran khusus yang mampu mengaktifkan tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap ilmu hitung ini agar mereka tidak semakin tertinggal, sehingga banyak guru maupun ahli pendidikan yang mencari inovasi baru untuk dapat mengoptimalkan pembelajaran matematika di sekolah.        
Anak usia sekolah dasar memiliki 4 tahap perkembangan kognitif seperti yang diungkapkan oleh tokoh Jean Piaget, yaitu tahap Sensori motorik, tahap Pra-operasional, tahap Operasional konkret dan tahap Operasional formal
Matematika tidak hanya mengandalkan penghitungan dan pengukuran, namun juga membutuhkan analisa jika soal yang disajikan berupa cerita. Saya mencoba memberikan alternatif untuk menciptakan iklim belajar aktif dengan bermain puzzle. Selain dapat merangsang perkembangan kognitif dan psikomotorik, permainan puzzle juga meminimalkan kejenuhan siswa karena mereka dapat belajar sambil bermain. Oleh karena itu, permainan ini dapat dijadikan salah satu teknik bagi guru agar tujuan pendidikan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai.
            Kesulitan belajar matematika terutama dialami oleh siswa sekolah dasar  dalam mempelajari materi tentang bangun datar. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat teacher centered sehingga proses belajar kurang bermakna bagi siswa. Kekurang-bermaknaan ini meng-akibatkan rendahnya pemahaman siswa terhadap materi ajar serta berdampak pula pada hasil belajar siswa yang belum tuntas atau kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
            Sepintas permasalahan-permasalahan dalam  kesiapan pembelajaran terlihat sederhana, tetapi apabila dicermati lebih lanjut akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran Proses Belajar Mengajar (PBM). Siswa yang kesulitan belajar tentang bangun datar akan mengalami kesulitan pula ketika mempelajari materi ajar atau kompetensi dasar berikutnya, misalnya tentang materi bangun ruang pada kelas berikutnya. Hal ini disebabkan, kompetensi dasar I merupakan prasyarat untuk mempelajari kompetensi dasar II dan seterusnya.
            Tak hanya itu saja, dampak lain yang akan terjadi apabila kesulitan tersebut dibiarkan begitu saja dan tidak segera diatasi maka tidak menutup kemungkinan siswa-siswa tersebut tidak bisa lulus ujian sekolah serta tidak bisa menerapkan ilmu tentang bangun datar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan penanganan sedini mungkin terhadap permasalahan-permasalahan diatas, demi ketuntasan belajar dan tercapainya tujuan pembelajaran.
            Oleh sebab itu, guru harus menyajikan pembelajaran matematika secara konkret dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa melalui permainan. Jenis permainan yang sesuai dengan materi bangun datar adalah permainan puzzle. Permainan puzzle menurut Andang Ismail (2006:218), merupakan permainan dengan menyusun gambar atau benda yang telah dipecah dalam beberapa bagian (5-10 bagian). Benda yang digunakan terbuat dari sterofom berbentuk bangun datar (segitiga, segiempat dan lingkaran) yang dipotong-potong menjadi 5-10 bagian.
            Penggunaan permainan puzzle dalam pembelajaran matematika, dapat memberi kebermaknaan belajar bagi siswa. Hal ini dikarenakan mereka berada dalam suasana belajar yang menyenangkan, bukan diperhadapkan pada suasana yang membosankan. Kebermaknaan tersebut dapat mempermudah pemahaman materi ajar oleh siswa, sehingga hasil belajarpun meningkat.
Berdasarkan penjelasan gagasan mengenai belajar, matematika, bangun datar, strategi pembelajaran, permainan puzzle dan hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa dalam mengajarkan matematika yang memiliki sifat abstrak khususnya pada materi bangun datar yakni segitiga, segiempat dan lingkaran, guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar melalui permainan puzzle.
Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan tidak lagi bersifat book-oriented. Strateginya pun berubah dari teacher centered menjadi student centered. Hal inilah yang mampu meningkatkan keaktifan dan konsentrasi siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Peningkatan positif ini juga diikuti dengan meningkatnya pemahaman dan hasil belajar mereka terhadap materi ajar, khususnya bangun datar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar