Puzzle dan Matematika
Matematika merupakan
suatu mata pelajaran yang dianggap rumit di kalangan pelajar. Apalagi bagi
siswa sekolah dasar khususnya tingkat rendah. Diperlukan strategi atau metode
pembelajaran khusus yang mampu mengaktifkan tingkat kemampuan pemahaman siswa
terhadap ilmu hitung ini agar mereka tidak semakin tertinggal, sehingga banyak
guru maupun ahli pendidikan yang mencari inovasi baru untuk dapat mengoptimalkan
pembelajaran matematika di sekolah.
Anak usia sekolah dasar memiliki 4 tahap
perkembangan kognitif seperti yang diungkapkan oleh tokoh Jean Piaget, yaitu
tahap Sensori motorik, tahap Pra-operasional, tahap Operasional konkret dan tahap Operasional formal
Matematika tidak hanya mengandalkan
penghitungan dan pengukuran, namun juga membutuhkan analisa jika soal yang
disajikan berupa cerita. Saya mencoba memberikan alternatif untuk menciptakan
iklim belajar aktif dengan bermain puzzle. Selain dapat merangsang perkembangan
kognitif dan psikomotorik, permainan puzzle juga meminimalkan kejenuhan
siswa karena mereka dapat belajar sambil
bermain. Oleh karena itu, permainan ini dapat dijadikan salah satu teknik bagi
guru agar tujuan pendidikan dalam pembelajaran matematika dapat tercapai.
Kesulitan
belajar matematika terutama dialami
oleh siswa sekolah dasar dalam mempelajari materi tentang bangun datar.
Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat teacher centered sehingga proses belajar kurang bermakna bagi siswa. Kekurang-bermaknaan
ini meng-akibatkan rendahnya pemahaman siswa terhadap materi ajar serta
berdampak pula pada hasil belajar siswa yang belum tuntas atau kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
Sepintas permasalahan-permasalahan dalam kesiapan pembelajaran terlihat sederhana,
tetapi apabila dicermati lebih lanjut akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran Proses Belajar Mengajar (PBM). Siswa yang kesulitan belajar tentang bangun
datar akan mengalami kesulitan pula ketika mempelajari materi ajar atau
kompetensi dasar berikutnya, misalnya tentang materi bangun ruang pada kelas
berikutnya. Hal ini disebabkan, kompetensi dasar I merupakan prasyarat untuk
mempelajari kompetensi dasar II dan seterusnya.
Tak hanya itu saja, dampak lain yang akan
terjadi apabila kesulitan tersebut dibiarkan begitu saja dan tidak segera
diatasi maka tidak menutup kemungkinan siswa-siswa tersebut tidak bisa lulus
ujian sekolah serta tidak bisa menerapkan ilmu tentang bangun datar dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan penanganan sedini mungkin
terhadap permasalahan-permasalahan diatas, demi ketuntasan belajar dan
tercapainya tujuan pembelajaran.
Oleh
sebab itu, guru harus menyajikan pembelajaran matematika secara konkret dengan menggunakan strategi pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik perkembangan siswa melalui permainan. Jenis
permainan yang sesuai dengan materi bangun datar adalah permainan puzzle. Permainan puzzle
menurut Andang Ismail (2006:218), merupakan permainan dengan menyusun gambar atau benda
yang telah dipecah dalam beberapa bagian (5-10 bagian). Benda yang digunakan terbuat dari sterofom
berbentuk bangun datar (segitiga, segiempat dan lingkaran) yang dipotong-potong
menjadi 5-10 bagian.
Penggunaan permainan puzzle dalam pembelajaran matematika, dapat memberi kebermaknaan
belajar bagi siswa. Hal ini dikarenakan mereka berada dalam suasana belajar yang menyenangkan, bukan diperhadapkan pada suasana yang
membosankan. Kebermaknaan
tersebut dapat mempermudah pemahaman materi ajar oleh siswa, sehingga hasil
belajarpun meningkat.
Berdasarkan penjelasan gagasan mengenai
belajar, matematika, bangun datar, strategi pembelajaran, permainan puzzle dan hasil belajar, dapat
disimpulkan bahwa dalam mengajarkan matematika yang memiliki sifat abstrak
khususnya pada materi bangun datar yakni segitiga, segiempat dan lingkaran,
guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa sekolah dasar melalui permainan puzzle.
Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan
tidak lagi bersifat book-oriented. Strateginya pun berubah dari teacher centered menjadi student
centered. Hal inilah yang mampu meningkatkan keaktifan
dan konsentrasi siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Peningkatan
positif ini juga diikuti dengan meningkatnya pemahaman dan hasil belajar mereka
terhadap materi ajar, khususnya
bangun datar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar